Sabtu, 29 Mei 2010

Kaitan antara Ergonomi dengan psikologi Lingkungan



Fit out kantor BNI-jakarta disain kantor kemayoran – Jakarta

Faktor-faktor Manusiawi dalam Desain Lingkungan Kerja

1. Kaitan antara Psi. Rekayasa/Ergonomi dengan Psi. Lingkungan

Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hokum alam). Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan disain. Ergonomi secara singkat mempelajari tentang manusia dan segala hal disekitarnya yang dapat membantu manusia bekerja lebih mudah. Segala bentuk setting fisik yang membawa kondisi psikologis pada individu yang berada di dalamnya, yang mempengaruhi kinerja seseorang. Ergonomi membicarakan kenyamanan dalam bekerja pada seseorang.

Heimstra dan Mc Farling (dalam Prawitasari, 1989) menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungan fisiknya. Menurut Gifford, manusia mempengaruhi lingkungan dan untuk selanjutnya lingkungan mempengaruhi manusia.

Dalam kehidupan, tidak bisa disangkal bahwa antara lingkungan fisik atau setting fisik dan manusia adalah saling mempengaruhi. Kaitan antara psikologi lingkungan dengan ergonomic secara singkat yaitu bahwa tata lingkungan (psikologi lingkungan) mempengaruhi kenyamanan dan mempengaruhi kinerja seseorang untuk selanjutnya (ergonomi).

Sebagai contoh, kita akan merasa mudah stress jika bekerja di dalam suasana yang ramai dan berada di lingkungan yang penataannya berantakan dan monoton, hal ini menyebabkan kinerja kita akan semakin menurun. Sebaliknya, kita akan merasa terpicu dan bersemangat jika bekerja dalam suasana ramah, indah, tidak ramai, sehingga membuat kita dapat focus pada apa yang harus dikerjakan, kinerja kita pun bisa semakin meningkat dan tidak mudah stress akibat banyaknya stimulus yang ada di sekitar kita—stimulus-stimulus yang tidak kita hendaki ada saat kita bekerja.

Jadi, antara psikologi lingkungan yang membahas tentang penataan setting fisik dengan ergonomic yang membahas tentang kenyamanan individu dalam mengerjakan sesuatu, adalah saling mempengaruhi dan bergantungan satu sama lain terutama dalam mencapai suatu hasil. Jika lingkungan positif maka dapat menciptakan suasana yang ergonomic baik secara fisik dan psikologis, sehingga kinerja kita positif, dan sebaliknya.

2. Iluminasi (Penerangan)

Tingkat pencahayaan biasanya diukur dengan istilah Illuminance , yaitu fluks-fluks yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang dipancarkan pada suatu permukaan per luas permukaan. Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan sebuah light meter di atas permukaan benda kerja

Satuan internasional untuk penerangan adalah lumen/sq.meter yang memiliki nama lain yaitu lux. Unit lama adalah footcandle mengalikan footcandle dengan 10.76 untuk memperoleh lux.

Menurut Grandjean (1988), Wiesberg (1993) dan Wardana dkk (1997) ketidaknyamanan cahaya di tempat kerja dapat menimbulkan beban visual berupa ketidaknyamanan mata secara umum, mata merah, iritasi mata, pandangan yang mengabur dan kesulitan membaca obyek gambar.

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan liungkungan kerja yang menyenangkan. Sifat-sifat dari penerangan yang baik ditentukan oleh pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan, pencegahan kesilauan, arah sinar, warna dan panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhankeluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Suma’mur 1995).

Ø Pencahayaan
Untuk memahami suatu display, seseorang memerlukan:
a. Kemampuan visual yang memadai.
b.Penyajian informasi yang sesuai, termasuk juga ukuran, pencahayaan, perbedaan dan rancangan suatu display.
c. Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki dalam upaya pemahaman tentang display.

Unit-Unit yang dihubungkan dengan pencahayaan, sebelum memperhatikan efek-efek pencahayaan pada ketajaman penglihatan harus diperhatikan dulu prinsip dasar dari pengukuran cahaya. Alat pengukur cahaya yang khusus dan mempunyai response spectral sejenis dengan manusia seharusnya digunakan untuk tujuan ini.

Ø Kadar cahaya

Kadar cahaya (ilumination intensity) didefinisikan sebagai kepadatan (density) sinar yang mengalir dari sebuah sumber cahaya (sumber energi radian). Sumber cahaya yang dipakai sebagai standar internasional ialah Candela (Cd) dipakai sebagai satuan ukuran cahaya. Lumen (lm) dipakai juga sebagai satuan ukuran aliran sinar, yang nilainya ekivalen dengan 0,1 Candela. Disamping itu dewasa ini satuan ukuran yang banyak dipakai untuk kadar cahaya atau banyaknya cahaya yang jatuh pada sebuah bidang ialah LUX.
Mata manusia mempunyai kemampuan untuk menangkap kadar cahaya dari beberapa lx (dalam kegelapan) hingga 100.000 lx dibawah sinar surya ditengah hari. Variasi kadar cahaya disiang hari, dari pagi sampai sore berkisar antara 2000 sampai 100.000 lx, sedangkan pada malam hari cahaya diperoleh dari lampu-lampu kadarnya berkisar antara 50 sampai 500 lx.

Ø Kecerahan(Brightness)
Kecerahan merupakan ukuran dari sebuah permukaan yang memancarkan sinar atau yang memantulkan sinar dari sumber cahaya. Satuan ukuran dari kecerahan ialah Aspostilb (asb) atau Stilb (Sb),
Berarti bahwa 1 Sb = 10.000 lx atau merupakan kadar cahaya dari sinar surya ditengah hari yang cerah, sedangkan kekuatan dari sumber-sumber cahaya panas yang lain ialah sebagai berikut:

Ø Contrast
Contrast merupakan perbedaan dari warna-warna dari beberapa objek yang menjadi objek visual. JIka target pandang berada dalam suatu lingkungan pandang yang menenggelamkannya seperti ditengah keramaian objek lain atau karena warnanya tidak contrast dengan lingkungannya, maka yng terjadi adalah derau pandang. Kejadian ini membuat menuntut mata untuk berkontraksi buat mengarahkan pandangannya ke tempat target.

Ø Reflecitivity (daya pantul)

Kalau Stilb dipakai sebagai pengukur dari sumber cahaya panas, maka Apostilb dapakai untuk mengukur kadar cahaya dingin seperti dinding, mabel dan lain-lain perlengkapan. Perkaitan antara cerah (dalam asb) dengan kadar cahaya adalah sebagai berikut:
Ilustrasinya : sebuah cahaya dengan kadar 100 lx menerpa dinding putih dengan daya pantul 80%, maka dinding itu akan memiliki cerah 80 asb. Andaikata daya pantul (reflectivity) dari benda yang diterpa sinar itu 100%, maka ia akan memiliki cerah 100%. Karena pengindraan visual sangat tergantung pada pencerahan bidang visualnya. Maka daya pantul dari bidang-bidang pada ruang kerja menjadi penting untuk diperhatikan, sama dengan memperhatikan kekuatan sumber cahaya sendiri.

Dilihat secara keseluruhan tujuan filsafat Iluminasi diarahkan pada sasaran yang bersifat teoretis di samping sisi praktis yang dapat dicapai, arah tersebut dimulai dengan penyucian diri dari segalala kotoran, baik secara ruhani ataupun jasmani. Langkah ini ditempuh sebagai tahapan awal penjalinan hubungan dengan Cahaya Murni-kesepuluh yang menjadi medium antara dunia materi dan imateri. Cahaya Murni-kesepuluh adalah emanasi dari “Wujud Cahaya Agung” yang nantinya akan menganugrahkan pengalaman visioner setelah subjek berhasil menapaki syarat dan ritual-ritual yang telah ditentukan sebelumnya. Merasuknya Cahaya-cahaya Murni ke dalam subjek mengantarkan pada pengetahuan yang tidak diperoleh melalui proses berfikir, kejadian ini berlangsung pada alam kusus yang disebut dengan mundus imaginalis (Al-Âlam Al-Mitsâli). Adapun tahapan selanjutnya ditempuh dengan pendemostrasian dengan landasan logis, epistemologis dan metafisika Aristotelian Timur (Al-Mayaiun Al-Syarqiyun) sebgai cara intensif menjabarkan dari simbol-simbol bahasa yang dimengerti tetapi sulit diungkapkan.”

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi:
1. Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu: Variasi intensitas cahaya matahari Distribusi dari terangnya cahaya Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung.

2. Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:


1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.


2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman


3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja


4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.


5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.


6. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini:

Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan melengkapi pencahayaan alami. Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum. Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah menyebar atau tefokus pada satu arah. Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan yang diterangi atau tidak. Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau rendah.

Faktor-faktor Manusiawi dalam Desain Lingkungan Kerja

3. Kaitan antara Psi. Rekayasa/Ergonomi dengan Psi. Lingkungan

Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hokum alam). Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan disain. Ergonomi secara singkat mempelajari tentang manusia dan segala hal disekitarnya yang dapat membantu manusia bekerja lebih mudah. Segala bentuk setting fisik yang membawa kondisi psikologis pada individu yang berada di dalamnya, yang mempengaruhi kinerja seseorang. Ergonomi membicarakan kenyamanan dalam bekerja pada seseorang.

Heimstra dan Mc Farling (dalam Prawitasari, 1989) menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungan fisiknya. Menurut Gifford, manusia mempengaruhi lingkungan dan untuk selanjutnya lingkungan mempengaruhi manusia.

Dalam kehidupan, tidak bisa disangkal bahwa antara lingkungan fisik atau setting fisik dan manusia adalah saling mempengaruhi. Kaitan antara psikologi lingkungan dengan ergonomic secara singkat yaitu bahwa tata lingkungan (psikologi lingkungan) mempengaruhi kenyamanan dan mempengaruhi kinerja seseorang untuk selanjutnya (ergonomi).

Sebagai contoh, kita akan merasa mudah stress jika bekerja di dalam suasana yang ramai dan berada di lingkungan yang penataannya berantakan dan monoton, hal ini menyebabkan kinerja kita akan semakin menurun. Sebaliknya, kita akan merasa terpicu dan bersemangat jika bekerja dalam suasana ramah, indah, tidak ramai, sehingga membuat kita dapat focus pada apa yang harus dikerjakan, kinerja kita pun bisa semakin meningkat dan tidak mudah stress akibat banyaknya stimulus yang ada di sekitar kita—stimulus-stimulus yang tidak kita hendaki ada saat kita bekerja.

Jadi, antara psikologi lingkungan yang membahas tentang penataan setting fisik dengan ergonomic yang membahas tentang kenyamanan individu dalam mengerjakan sesuatu, adalah saling mempengaruhi dan bergantungan satu sama lain terutama dalam mencapai suatu hasil. Jika lingkungan positif maka dapat menciptakan suasana yang ergonomic baik secara fisik dan psikologis, sehingga kinerja kita positif, dan sebaliknya.

4. Iluminasi (Penerangan)

Tingkat pencahayaan biasanya diukur dengan istilah Illuminance , yaitu fluks-fluks yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang dipancarkan pada suatu permukaan per luas permukaan. Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan sebuah light meter di atas permukaan benda kerja

Satuan internasional untuk penerangan adalah lumen/sq.meter yang memiliki nama lain yaitu lux. Unit lama adalah footcandle mengalikan footcandle dengan 10.76 untuk memperoleh lux.

Menurut Grandjean (1988), Wiesberg (1993) dan Wardana dkk (1997) ketidaknyamanan cahaya di tempat kerja dapat menimbulkan beban visual berupa ketidaknyamanan mata secara umum, mata merah, iritasi mata, pandangan yang mengabur dan kesulitan membaca obyek gambar.

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan liungkungan kerja yang menyenangkan. Sifat-sifat dari penerangan yang baik ditentukan oleh pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan, pencegahan kesilauan, arah sinar, warna dan panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhankeluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Suma’mur 1995).

Ø Pencahayaan
Untuk memahami suatu display, seseorang memerlukan:
a. Kemampuan visual yang memadai.
b.Penyajian informasi yang sesuai, termasuk juga ukuran, pencahayaan, perbedaan dan rancangan suatu display.
c. Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki dalam upaya pemahaman tentang display.

Unit-Unit yang dihubungkan dengan pencahayaan, sebelum memperhatikan efek-efek pencahayaan pada ketajaman penglihatan harus diperhatikan dulu prinsip dasar dari pengukuran cahaya. Alat pengukur cahaya yang khusus dan mempunyai response spectral sejenis dengan manusia seharusnya digunakan untuk tujuan ini.

Ø Kadar cahaya

Kadar cahaya (ilumination intensity) didefinisikan sebagai kepadatan (density) sinar yang mengalir dari sebuah sumber cahaya (sumber energi radian). Sumber cahaya yang dipakai sebagai standar internasional ialah Candela (Cd) dipakai sebagai satuan ukuran cahaya. Lumen (lm) dipakai juga sebagai satuan ukuran aliran sinar, yang nilainya ekivalen dengan 0,1 Candela. Disamping itu dewasa ini satuan ukuran yang banyak dipakai untuk kadar cahaya atau banyaknya cahaya yang jatuh pada sebuah bidang ialah LUX.
Mata manusia mempunyai kemampuan untuk menangkap kadar cahaya dari beberapa lx (dalam kegelapan) hingga 100.000 lx dibawah sinar surya ditengah hari. Variasi kadar cahaya disiang hari, dari pagi sampai sore berkisar antara 2000 sampai 100.000 lx, sedangkan pada malam hari cahaya diperoleh dari lampu-lampu kadarnya berkisar antara 50 sampai 500 lx.

Ø Kecerahan(Brightness)
Kecerahan merupakan ukuran dari sebuah permukaan yang memancarkan sinar atau yang memantulkan sinar dari sumber cahaya. Satuan ukuran dari kecerahan ialah Aspostilb (asb) atau Stilb (Sb),
Berarti bahwa 1 Sb = 10.000 lx atau merupakan kadar cahaya dari sinar surya ditengah hari yang cerah, sedangkan kekuatan dari sumber-sumber cahaya panas yang lain ialah sebagai berikut:

Ø Contrast
Contrast merupakan perbedaan dari warna-warna dari beberapa objek yang menjadi objek visual. JIka target pandang berada dalam suatu lingkungan pandang yang menenggelamkannya seperti ditengah keramaian objek lain atau karena warnanya tidak contrast dengan lingkungannya, maka yng terjadi adalah derau pandang. Kejadian ini membuat menuntut mata untuk berkontraksi buat mengarahkan pandangannya ke tempat target.

Ø Reflecitivity (daya pantul)

Kalau Stilb dipakai sebagai pengukur dari sumber cahaya panas, maka Apostilb dapakai untuk mengukur kadar cahaya dingin seperti dinding, mabel dan lain-lain perlengkapan. Perkaitan antara cerah (dalam asb) dengan kadar cahaya adalah sebagai berikut:
Ilustrasinya : sebuah cahaya dengan kadar 100 lx menerpa dinding putih dengan daya pantul 80%, maka dinding itu akan memiliki cerah 80 asb. Andaikata daya pantul (reflectivity) dari benda yang diterpa sinar itu 100%, maka ia akan memiliki cerah 100%. Karena pengindraan visual sangat tergantung pada pencerahan bidang visualnya. Maka daya pantul dari bidang-bidang pada ruang kerja menjadi penting untuk diperhatikan, sama dengan memperhatikan kekuatan sumber cahaya sendiri.

Dilihat secara keseluruhan tujuan filsafat Iluminasi diarahkan pada sasaran yang bersifat teoretis di samping sisi praktis yang dapat dicapai, arah tersebut dimulai dengan penyucian diri dari segalala kotoran, baik secara ruhani ataupun jasmani. Langkah ini ditempuh sebagai tahapan awal penjalinan hubungan dengan Cahaya Murni-kesepuluh yang menjadi medium antara dunia materi dan imateri. Cahaya Murni-kesepuluh adalah emanasi dari “Wujud Cahaya Agung” yang nantinya akan menganugrahkan pengalaman visioner setelah subjek berhasil menapaki syarat dan ritual-ritual yang telah ditentukan sebelumnya. Merasuknya Cahaya-cahaya Murni ke dalam subjek mengantarkan pada pengetahuan yang tidak diperoleh melalui proses berfikir, kejadian ini berlangsung pada alam kusus yang disebut dengan mundus imaginalis (Al-Âlam Al-Mitsâli). Adapun tahapan selanjutnya ditempuh dengan pendemostrasian dengan landasan logis, epistemologis dan metafisika Aristotelian Timur (Al-Mayaiun Al-Syarqiyun) sebgai cara intensif menjabarkan dari simbol-simbol bahasa yang dimengerti tetapi sulit diungkapkan.”

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi:
1. Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu: Variasi intensitas cahaya matahari Distribusi dari terangnya cahaya Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung.

2. Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:


1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.


2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman


3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja


4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.


5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.


6. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini:

Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan melengkapi pencahayaan alami. Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum. Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah menyebar atau tefokus pada satu arah. Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan yang diterangi atau tidak. Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau rendah.

Referensi:

Ø Suma’mur, PK. 1995. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT Toko Gunung Agung

Ø http://www.google.co.id/search?q=Menurut+Grandjean+(1988)%2C+Wiesberg+(1993)+dan+Wardana+dkk+(1997)+ketidaknyamanan+cahaya+di+tempat+kerja+dapat+menimbulkan+beban+visual+berupa+&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

1 komentar:

  1. great info, pengen berbagi tentang ergonomi jg, visit myblog http://ergonomi-fit.blogspot.com/

    BalasHapus