Sabtu, 29 Mei 2010

Stimulasi Sensoris





"Kondisi terparah akibat kebisingan dapat membuat kita kehilangan pendengaran"






*Faktor-faktor Manusiawi dalam Desain Lingkungan Kerja

>>Stimulasi Sensoris

· Pengertian suara

Kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau tekanan suara dengan pengukuran dalam desibel.

Batas suara yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut ultrasonik dan di bawah 20 Hz disebut infrasonik.

· Efek bising thd kerja

Pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatka oleh bunyi atau suara yang mengganggu ketentraman makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran suara biasanya diukur dalam satuan dB atau desibel.

Pencemaran suara yang bersifat terus-menerus dengan tingkat kebisingan di atas 80 dB dapat mengakibatkan efek atau dampak yang merugikan kesehatan manusia. Berikut ini adalah beberapa efek samping negatif dari pencemaran suara:
a. stres
b. gila
c. perubahan denyut nadi
d. tekanan darah berubah
e. gangguan fungsi jantung
f. kontraksi perut

Berikut ini adalah contoh kebisingan yang menimbulkan pencemaran suara :
1. Orang ngobrol biasa = 40 dB
2. Orang ribut / silat lidah = 80 dB
3. Suara kereta api / krl = 95 db
4. mesin motor 5 pk = 104 dB
5. suara gledek / geledek / petir = 120 dB
6. Pesawat jet tinggal landas = 150 dB

Kebisingan didefinisikan sebagai "suara yang tak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi kebisingan dianggap istimewa dalam hal:

1. Penilaian pribadi dan penilaian subyektif sangat menentukan untuk mengenali suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak.

2. Kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran air dan pencemaran udara (Bising pesawat udara merupakan pengecualian).

Mengenai karakteristik yang pertama di atas, ada masalah mengenai bagaimana menempatkan kebisingan antara tingkat penilaian subjektif seorang individu yang menangkapnya sebagai "kebisingan" dan tingkat fisik yang dapat diukur secara obyektif. Dengan karakteristik ke 2, tidak ada perbedaan jelas antara siapa agresornya dan siapa korbannya, sebagaimana yang sering terjadi ada korban-korban dari kebisingan akibat piano dan karaoke. Meskipun jumlah keluhan yang terdaftar di kota-kota besar selama beberapa tahun terakhir ini telah berkurang, kebisingan masih merupakan bagian besar dari keluhan-keluhan masyarakat.

· Frekwensi dan Panjang gelombang

Pikirkan sejenak tentang partikel-partikel dari mana udara dibuat. Di mana partikel-partikel ini padat, tekanan udara bertambah, di mana partikel-partikel jarang, tekanan berkurang. Gejala yang disebarkan oleh perubahan tekanan ini disebut sebagai gelombang suara. Suatu gelombang suara memancar dengan kecepatan suara dengan gerakan seperti gelombang. Jarak antara dua titik geografis (yaitu dua titik di antara mana tekanan suara maksimum dari suatu suara murni dihasilkan) yang dipisahkan hanya oleh satu periode dan yang menunjukkan tekanan suara yang sama dinamakan "gelombang suara", yang dinyatakan sebagai �@(m). Kemudian, apabila tekanan suara pada titik sembarangan berubah secara periodik, jumlah berapa kali di mana naik-turunnya periodik ini berulang dalam satu detik dinamakan "frekwensi", yang dinyatakan sebagai f (Hz, lihat Gb. 1-2). Suara-suara ber-frekwensi tinggi adalah suara tinggi, sedangkan yang ber-frekwensi rendah adalah suara rendah. Hubungan antara kecepatan suara c (m/s), gelombang dan frekwensi f dinyatakan sebagai berikut:

c = f x �@

Panjang gelombang dari suara yang dapat didengar adalah beberapa sentimeter dan sekitar 20 m. Kebanyakan dari obyek di lingkungan kita ada dalam lingkup ini. Mutu suara, yang dipengaruhi oleh kasarnya permukaan-permukaan yang memantulkan suara, tingginya pagar-pagar dan faktor-faktor lainnya, akan berbeda sebagai perbandingan dari panjang gelombang terhadap dimensi obyek, karena itu masalahnya menjadi lebih rumit.

· Garis bentuk Kenyaringan

Dikatakan bahwa batas perbedaan suara yang bisa terdengar oleh rata-rata orang adalah 20 - 20,000 Hz, tetapi bisa terdengarnya tersebut tergantung pada frekwensi. Kenyaringan suara yang diterima oleh telinga manusia bervariasi karena dua sifat-sifat fisik yaitu tingkat tekanan suara dan frekwensi. Bahkan dalam lingkup yang bisa terdengar, frekwensi-frekwensi rendah dan tinggi sulit untuk ditangkap. Dibutuhkan kepekaan tinggi pada lingkup 1 - 5 kHz.

Apabila tingkat kenyaringan dari suatu suara dikurangi, pada suatu titik tertentu, suara tidak lagi terdengar. Tingkat ini juga berbeda sesuai dengan frekwensi. Tingkat ini diindikasikan sebagai tingkat minimum yang bisa terdengar pada 20 dB atau lebih dipandang sebagai kesulitan pendengaran.

· Pengaruh/Akibat-akibat dari Kebisingan

Menurut definisi kebisingan, apabila suatu suara mengganggu orang yang sedang membaca atau mendengarkan musik, maka suara itu adalah kebisingan bagi orang itu meskipun orang-orang lain mungkin tidak terganggu oleh suara tersebut. Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan emosional, ada kasus-kasus di mana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot A atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tsb.

Tabel 1-1 Jenis-jenis dari Akibat-akibat kebisingan

Tipe

Uraian

Akibat-akibat badaniah

Kehilangan pendengaran

Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan, Perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan.

Akibat-akibat fisiologis

Rasa tidak nyaman atau stres meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering

Akibat-akibat psikologis

Gangguan emosiona

Kejengkelan, kebingungan

Gangguan gaya hidup

Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dsb.

Gangguan pendengaran

Merintangi kemampuan mendengarkann TV, radio, percakapan, telpon dsb.

· Beberapa penelitian ttg efek suara / bising dlm kerja

Kebisingan dan Kesehatan Tenaga Kerja

Suara yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi bagi seseorang atau sebagian orang merupakan suara yang disenangi, namun bagi beberapa orang lainnya justru dianggap sangat mengganggu. Secara definisi, suara yang tidak dikehendaki itu dapat dikatakan sebagai bising. Bising yang didengar sehari-hari berasal dari banyak sumber baik dekat maupun jauh.

Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah penggunaan mesin-mesin, alat-alat transportasi berat, dan lain sebagainya. Akibatnya kebisingan makin dirasakan mengganggu dan dapat memberikan dampak pada kesehatan. Biaya yang harus ditanggung akibat kebisingan ini sangat besar. Misalnya, bila terjadi di tempat-tempat bisnis dan pendidikan, maka bising dapat mengganggu komunikasi yang berakibat menurunnya kualitas bisnis dan pendidikan. Trauma akustik ataupun gangguan pendengaran lain yang timbul akibat bising di tempat kerja, gangguan sistemik yang timbul akibat kebisingan, penurunan kemampuan kerja, bila dihitung kerugiannya secara nominal dapat mencapai milyaran rupiah.

Referensi:

Ø http://www.total.or.id/info.php?kk=voice

Ø http://organisasi.org/pengertian_definisi_arti_efek_dampak_dan_penyebab_pencemaran_suara_pada_pencemaran_lingkungan_hidup_dan_tubuh_manusia

Ø http://www.menlh.go.id/apec_vc/osaka/eastjava/noise_id/1/page1.html

Ø http://www.kesimpulan.com/2009/05/kebisingan-dan-kesehatan-tenaga-kerja.html



Kaitan antara Ergonomi dengan psikologi Lingkungan



Fit out kantor BNI-jakarta disain kantor kemayoran – Jakarta

Faktor-faktor Manusiawi dalam Desain Lingkungan Kerja

1. Kaitan antara Psi. Rekayasa/Ergonomi dengan Psi. Lingkungan

Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hokum alam). Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan disain. Ergonomi secara singkat mempelajari tentang manusia dan segala hal disekitarnya yang dapat membantu manusia bekerja lebih mudah. Segala bentuk setting fisik yang membawa kondisi psikologis pada individu yang berada di dalamnya, yang mempengaruhi kinerja seseorang. Ergonomi membicarakan kenyamanan dalam bekerja pada seseorang.

Heimstra dan Mc Farling (dalam Prawitasari, 1989) menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungan fisiknya. Menurut Gifford, manusia mempengaruhi lingkungan dan untuk selanjutnya lingkungan mempengaruhi manusia.

Dalam kehidupan, tidak bisa disangkal bahwa antara lingkungan fisik atau setting fisik dan manusia adalah saling mempengaruhi. Kaitan antara psikologi lingkungan dengan ergonomic secara singkat yaitu bahwa tata lingkungan (psikologi lingkungan) mempengaruhi kenyamanan dan mempengaruhi kinerja seseorang untuk selanjutnya (ergonomi).

Sebagai contoh, kita akan merasa mudah stress jika bekerja di dalam suasana yang ramai dan berada di lingkungan yang penataannya berantakan dan monoton, hal ini menyebabkan kinerja kita akan semakin menurun. Sebaliknya, kita akan merasa terpicu dan bersemangat jika bekerja dalam suasana ramah, indah, tidak ramai, sehingga membuat kita dapat focus pada apa yang harus dikerjakan, kinerja kita pun bisa semakin meningkat dan tidak mudah stress akibat banyaknya stimulus yang ada di sekitar kita—stimulus-stimulus yang tidak kita hendaki ada saat kita bekerja.

Jadi, antara psikologi lingkungan yang membahas tentang penataan setting fisik dengan ergonomic yang membahas tentang kenyamanan individu dalam mengerjakan sesuatu, adalah saling mempengaruhi dan bergantungan satu sama lain terutama dalam mencapai suatu hasil. Jika lingkungan positif maka dapat menciptakan suasana yang ergonomic baik secara fisik dan psikologis, sehingga kinerja kita positif, dan sebaliknya.

2. Iluminasi (Penerangan)

Tingkat pencahayaan biasanya diukur dengan istilah Illuminance , yaitu fluks-fluks yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang dipancarkan pada suatu permukaan per luas permukaan. Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan sebuah light meter di atas permukaan benda kerja

Satuan internasional untuk penerangan adalah lumen/sq.meter yang memiliki nama lain yaitu lux. Unit lama adalah footcandle mengalikan footcandle dengan 10.76 untuk memperoleh lux.

Menurut Grandjean (1988), Wiesberg (1993) dan Wardana dkk (1997) ketidaknyamanan cahaya di tempat kerja dapat menimbulkan beban visual berupa ketidaknyamanan mata secara umum, mata merah, iritasi mata, pandangan yang mengabur dan kesulitan membaca obyek gambar.

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan liungkungan kerja yang menyenangkan. Sifat-sifat dari penerangan yang baik ditentukan oleh pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan, pencegahan kesilauan, arah sinar, warna dan panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhankeluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Suma’mur 1995).

Ø Pencahayaan
Untuk memahami suatu display, seseorang memerlukan:
a. Kemampuan visual yang memadai.
b.Penyajian informasi yang sesuai, termasuk juga ukuran, pencahayaan, perbedaan dan rancangan suatu display.
c. Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki dalam upaya pemahaman tentang display.

Unit-Unit yang dihubungkan dengan pencahayaan, sebelum memperhatikan efek-efek pencahayaan pada ketajaman penglihatan harus diperhatikan dulu prinsip dasar dari pengukuran cahaya. Alat pengukur cahaya yang khusus dan mempunyai response spectral sejenis dengan manusia seharusnya digunakan untuk tujuan ini.

Ø Kadar cahaya

Kadar cahaya (ilumination intensity) didefinisikan sebagai kepadatan (density) sinar yang mengalir dari sebuah sumber cahaya (sumber energi radian). Sumber cahaya yang dipakai sebagai standar internasional ialah Candela (Cd) dipakai sebagai satuan ukuran cahaya. Lumen (lm) dipakai juga sebagai satuan ukuran aliran sinar, yang nilainya ekivalen dengan 0,1 Candela. Disamping itu dewasa ini satuan ukuran yang banyak dipakai untuk kadar cahaya atau banyaknya cahaya yang jatuh pada sebuah bidang ialah LUX.
Mata manusia mempunyai kemampuan untuk menangkap kadar cahaya dari beberapa lx (dalam kegelapan) hingga 100.000 lx dibawah sinar surya ditengah hari. Variasi kadar cahaya disiang hari, dari pagi sampai sore berkisar antara 2000 sampai 100.000 lx, sedangkan pada malam hari cahaya diperoleh dari lampu-lampu kadarnya berkisar antara 50 sampai 500 lx.

Ø Kecerahan(Brightness)
Kecerahan merupakan ukuran dari sebuah permukaan yang memancarkan sinar atau yang memantulkan sinar dari sumber cahaya. Satuan ukuran dari kecerahan ialah Aspostilb (asb) atau Stilb (Sb),
Berarti bahwa 1 Sb = 10.000 lx atau merupakan kadar cahaya dari sinar surya ditengah hari yang cerah, sedangkan kekuatan dari sumber-sumber cahaya panas yang lain ialah sebagai berikut:

Ø Contrast
Contrast merupakan perbedaan dari warna-warna dari beberapa objek yang menjadi objek visual. JIka target pandang berada dalam suatu lingkungan pandang yang menenggelamkannya seperti ditengah keramaian objek lain atau karena warnanya tidak contrast dengan lingkungannya, maka yng terjadi adalah derau pandang. Kejadian ini membuat menuntut mata untuk berkontraksi buat mengarahkan pandangannya ke tempat target.

Ø Reflecitivity (daya pantul)

Kalau Stilb dipakai sebagai pengukur dari sumber cahaya panas, maka Apostilb dapakai untuk mengukur kadar cahaya dingin seperti dinding, mabel dan lain-lain perlengkapan. Perkaitan antara cerah (dalam asb) dengan kadar cahaya adalah sebagai berikut:
Ilustrasinya : sebuah cahaya dengan kadar 100 lx menerpa dinding putih dengan daya pantul 80%, maka dinding itu akan memiliki cerah 80 asb. Andaikata daya pantul (reflectivity) dari benda yang diterpa sinar itu 100%, maka ia akan memiliki cerah 100%. Karena pengindraan visual sangat tergantung pada pencerahan bidang visualnya. Maka daya pantul dari bidang-bidang pada ruang kerja menjadi penting untuk diperhatikan, sama dengan memperhatikan kekuatan sumber cahaya sendiri.

Dilihat secara keseluruhan tujuan filsafat Iluminasi diarahkan pada sasaran yang bersifat teoretis di samping sisi praktis yang dapat dicapai, arah tersebut dimulai dengan penyucian diri dari segalala kotoran, baik secara ruhani ataupun jasmani. Langkah ini ditempuh sebagai tahapan awal penjalinan hubungan dengan Cahaya Murni-kesepuluh yang menjadi medium antara dunia materi dan imateri. Cahaya Murni-kesepuluh adalah emanasi dari “Wujud Cahaya Agung” yang nantinya akan menganugrahkan pengalaman visioner setelah subjek berhasil menapaki syarat dan ritual-ritual yang telah ditentukan sebelumnya. Merasuknya Cahaya-cahaya Murni ke dalam subjek mengantarkan pada pengetahuan yang tidak diperoleh melalui proses berfikir, kejadian ini berlangsung pada alam kusus yang disebut dengan mundus imaginalis (Al-Âlam Al-Mitsâli). Adapun tahapan selanjutnya ditempuh dengan pendemostrasian dengan landasan logis, epistemologis dan metafisika Aristotelian Timur (Al-Mayaiun Al-Syarqiyun) sebgai cara intensif menjabarkan dari simbol-simbol bahasa yang dimengerti tetapi sulit diungkapkan.”

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi:
1. Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu: Variasi intensitas cahaya matahari Distribusi dari terangnya cahaya Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung.

2. Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:


1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.


2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman


3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja


4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.


5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.


6. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini:

Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan melengkapi pencahayaan alami. Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum. Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah menyebar atau tefokus pada satu arah. Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan yang diterangi atau tidak. Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau rendah.

Faktor-faktor Manusiawi dalam Desain Lingkungan Kerja

3. Kaitan antara Psi. Rekayasa/Ergonomi dengan Psi. Lingkungan

Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hokum alam). Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan disain. Ergonomi secara singkat mempelajari tentang manusia dan segala hal disekitarnya yang dapat membantu manusia bekerja lebih mudah. Segala bentuk setting fisik yang membawa kondisi psikologis pada individu yang berada di dalamnya, yang mempengaruhi kinerja seseorang. Ergonomi membicarakan kenyamanan dalam bekerja pada seseorang.

Heimstra dan Mc Farling (dalam Prawitasari, 1989) menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungan fisiknya. Menurut Gifford, manusia mempengaruhi lingkungan dan untuk selanjutnya lingkungan mempengaruhi manusia.

Dalam kehidupan, tidak bisa disangkal bahwa antara lingkungan fisik atau setting fisik dan manusia adalah saling mempengaruhi. Kaitan antara psikologi lingkungan dengan ergonomic secara singkat yaitu bahwa tata lingkungan (psikologi lingkungan) mempengaruhi kenyamanan dan mempengaruhi kinerja seseorang untuk selanjutnya (ergonomi).

Sebagai contoh, kita akan merasa mudah stress jika bekerja di dalam suasana yang ramai dan berada di lingkungan yang penataannya berantakan dan monoton, hal ini menyebabkan kinerja kita akan semakin menurun. Sebaliknya, kita akan merasa terpicu dan bersemangat jika bekerja dalam suasana ramah, indah, tidak ramai, sehingga membuat kita dapat focus pada apa yang harus dikerjakan, kinerja kita pun bisa semakin meningkat dan tidak mudah stress akibat banyaknya stimulus yang ada di sekitar kita—stimulus-stimulus yang tidak kita hendaki ada saat kita bekerja.

Jadi, antara psikologi lingkungan yang membahas tentang penataan setting fisik dengan ergonomic yang membahas tentang kenyamanan individu dalam mengerjakan sesuatu, adalah saling mempengaruhi dan bergantungan satu sama lain terutama dalam mencapai suatu hasil. Jika lingkungan positif maka dapat menciptakan suasana yang ergonomic baik secara fisik dan psikologis, sehingga kinerja kita positif, dan sebaliknya.

4. Iluminasi (Penerangan)

Tingkat pencahayaan biasanya diukur dengan istilah Illuminance , yaitu fluks-fluks yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang dipancarkan pada suatu permukaan per luas permukaan. Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan sebuah light meter di atas permukaan benda kerja

Satuan internasional untuk penerangan adalah lumen/sq.meter yang memiliki nama lain yaitu lux. Unit lama adalah footcandle mengalikan footcandle dengan 10.76 untuk memperoleh lux.

Menurut Grandjean (1988), Wiesberg (1993) dan Wardana dkk (1997) ketidaknyamanan cahaya di tempat kerja dapat menimbulkan beban visual berupa ketidaknyamanan mata secara umum, mata merah, iritasi mata, pandangan yang mengabur dan kesulitan membaca obyek gambar.

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan liungkungan kerja yang menyenangkan. Sifat-sifat dari penerangan yang baik ditentukan oleh pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan, pencegahan kesilauan, arah sinar, warna dan panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhankeluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Suma’mur 1995).

Ø Pencahayaan
Untuk memahami suatu display, seseorang memerlukan:
a. Kemampuan visual yang memadai.
b.Penyajian informasi yang sesuai, termasuk juga ukuran, pencahayaan, perbedaan dan rancangan suatu display.
c. Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki dalam upaya pemahaman tentang display.

Unit-Unit yang dihubungkan dengan pencahayaan, sebelum memperhatikan efek-efek pencahayaan pada ketajaman penglihatan harus diperhatikan dulu prinsip dasar dari pengukuran cahaya. Alat pengukur cahaya yang khusus dan mempunyai response spectral sejenis dengan manusia seharusnya digunakan untuk tujuan ini.

Ø Kadar cahaya

Kadar cahaya (ilumination intensity) didefinisikan sebagai kepadatan (density) sinar yang mengalir dari sebuah sumber cahaya (sumber energi radian). Sumber cahaya yang dipakai sebagai standar internasional ialah Candela (Cd) dipakai sebagai satuan ukuran cahaya. Lumen (lm) dipakai juga sebagai satuan ukuran aliran sinar, yang nilainya ekivalen dengan 0,1 Candela. Disamping itu dewasa ini satuan ukuran yang banyak dipakai untuk kadar cahaya atau banyaknya cahaya yang jatuh pada sebuah bidang ialah LUX.
Mata manusia mempunyai kemampuan untuk menangkap kadar cahaya dari beberapa lx (dalam kegelapan) hingga 100.000 lx dibawah sinar surya ditengah hari. Variasi kadar cahaya disiang hari, dari pagi sampai sore berkisar antara 2000 sampai 100.000 lx, sedangkan pada malam hari cahaya diperoleh dari lampu-lampu kadarnya berkisar antara 50 sampai 500 lx.

Ø Kecerahan(Brightness)
Kecerahan merupakan ukuran dari sebuah permukaan yang memancarkan sinar atau yang memantulkan sinar dari sumber cahaya. Satuan ukuran dari kecerahan ialah Aspostilb (asb) atau Stilb (Sb),
Berarti bahwa 1 Sb = 10.000 lx atau merupakan kadar cahaya dari sinar surya ditengah hari yang cerah, sedangkan kekuatan dari sumber-sumber cahaya panas yang lain ialah sebagai berikut:

Ø Contrast
Contrast merupakan perbedaan dari warna-warna dari beberapa objek yang menjadi objek visual. JIka target pandang berada dalam suatu lingkungan pandang yang menenggelamkannya seperti ditengah keramaian objek lain atau karena warnanya tidak contrast dengan lingkungannya, maka yng terjadi adalah derau pandang. Kejadian ini membuat menuntut mata untuk berkontraksi buat mengarahkan pandangannya ke tempat target.

Ø Reflecitivity (daya pantul)

Kalau Stilb dipakai sebagai pengukur dari sumber cahaya panas, maka Apostilb dapakai untuk mengukur kadar cahaya dingin seperti dinding, mabel dan lain-lain perlengkapan. Perkaitan antara cerah (dalam asb) dengan kadar cahaya adalah sebagai berikut:
Ilustrasinya : sebuah cahaya dengan kadar 100 lx menerpa dinding putih dengan daya pantul 80%, maka dinding itu akan memiliki cerah 80 asb. Andaikata daya pantul (reflectivity) dari benda yang diterpa sinar itu 100%, maka ia akan memiliki cerah 100%. Karena pengindraan visual sangat tergantung pada pencerahan bidang visualnya. Maka daya pantul dari bidang-bidang pada ruang kerja menjadi penting untuk diperhatikan, sama dengan memperhatikan kekuatan sumber cahaya sendiri.

Dilihat secara keseluruhan tujuan filsafat Iluminasi diarahkan pada sasaran yang bersifat teoretis di samping sisi praktis yang dapat dicapai, arah tersebut dimulai dengan penyucian diri dari segalala kotoran, baik secara ruhani ataupun jasmani. Langkah ini ditempuh sebagai tahapan awal penjalinan hubungan dengan Cahaya Murni-kesepuluh yang menjadi medium antara dunia materi dan imateri. Cahaya Murni-kesepuluh adalah emanasi dari “Wujud Cahaya Agung” yang nantinya akan menganugrahkan pengalaman visioner setelah subjek berhasil menapaki syarat dan ritual-ritual yang telah ditentukan sebelumnya. Merasuknya Cahaya-cahaya Murni ke dalam subjek mengantarkan pada pengetahuan yang tidak diperoleh melalui proses berfikir, kejadian ini berlangsung pada alam kusus yang disebut dengan mundus imaginalis (Al-Âlam Al-Mitsâli). Adapun tahapan selanjutnya ditempuh dengan pendemostrasian dengan landasan logis, epistemologis dan metafisika Aristotelian Timur (Al-Mayaiun Al-Syarqiyun) sebgai cara intensif menjabarkan dari simbol-simbol bahasa yang dimengerti tetapi sulit diungkapkan.”

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi:
1. Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu: Variasi intensitas cahaya matahari Distribusi dari terangnya cahaya Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung.

2. Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:


1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.


2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman


3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja


4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.


5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.


6. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal berikut ini:

Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan melengkapi pencahayaan alami. Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum. Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah menyebar atau tefokus pada satu arah. Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan yang diterangi atau tidak. Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau rendah.

Referensi:

Ø Suma’mur, PK. 1995. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta: PT Toko Gunung Agung

Ø http://www.google.co.id/search?q=Menurut+Grandjean+(1988)%2C+Wiesberg+(1993)+dan+Wardana+dkk+(1997)+ketidaknyamanan+cahaya+di+tempat+kerja+dapat+menimbulkan+beban+visual+berupa+&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a